Menatap Era Baru ProduksiBaru-baru ini saya dan istri membeli makanan dari salah satu gerai di sebuah mal di Bintaro Jaya. Saya lihat semua kursi yang sedianya untuk tamu dibalikkan, ditumpuk dan diikat. Sembari menunggu pesanan saya mengamati bagaimana sibuknya karyawan memasak dan menyiapkan pesanan. Hampir 80% pesanan melalui jasa antar daring.

Dari pengamatan ini tim-bul pemikiran bahwa model bisnis untuk restoran yang melayani mass market pasti akan berubah. Layanan makan di dalam (dine in) akan berganti dengan pesan-an daring atau bawa keluar (take away). Tenaga kerja sebagai pelayan tamu akan bergeser ke penyedia jasa antar. Alhasil, kebutuhan ruang juga akan berubah, dari untuk tempat menikmati makanan menjadi tempat singgah kendaraan jasa antar. Artinya ukuran mal akan mengecil tetapi ruang luar gedungnya (outdoor) akan membesar.

Bagaimana dengan usaha manufaktur? Pasti juga ber-ubah. Mempekerjakan orang dalam jumlah besar di satu tempat akan sangat berisiko. Bila secara acak ada pekerja yang terinfeksi tanpa ada gejala (OTG) akan dengan cepat penyakit ini (Covid-19) menular ke pekerja lain. Semua akan menanggung risiko ini yang ujungnya dapat mengganggu fiskal pemerintah.

 Sementara, pola konsumsi juga akan berubah. Bila tadi-nya konsumen puas dengan produk yang standar, ke depan konsumen yang ingin membeli produk sesuai sele-ranya akan semakin domi-nan.

Menghasilkan produk stan-dar membutuhkan perme-sinan dan pengelolaan yang canggih. Namun akan berge-ser. Ada dua arah pergeseran. Pertama, terjadi relokasi proses produksi dari peru-sahaan manufaktur besar ke konsumen itu sendiri. Sebenarnya, gerakan ke arah sini sudah lama digagas yang dinamakan gerakan DIY, do it yourself. Kedua, terjadi perubahan sistem produksi di usaha manufaktur sendiri, yaitu sistem produksi yang mampu melayani permintaan individu. Arah ini juga sudah lama digagas
 yang dinama-kan agile manufacturing system.

Pada gerakan dengan arah pertama, kebutuhan akan alat produksi portable seperti mesin jahit akan mening-kat. Pada level individu bisa memilih rantai nilai sesuai minat dan kompetensinya. Dia bisa merancang sendiri baju yang akan dibuat dan menjahitnya sesuai keingin-annya, atau bisa juga mem-beli rancangan dari desainer yang disukai dan kemudian membuatnya. Tentu bila dipakai sendiri, rantai out-bound logistics tidak ada. Tapi bila akan diserahkan ke orang lain tentu butuh jasa antar.


Teknologi produksi portable sudah semakin banyak ter-sedia. Untuk industri logam misalnya, banyak tersedia mesin-mesin seperti frais, mesin bubut, mesin bor, dan lain-lain. Untuk produk nonlogam sudah tersedia mesin cetak tiga dimensi (3D Printing).

Pada gerakan dengan arah yang kedua, agar dapat melayani pesanan individu, sistem produksinya harus mentrasformasikan diri ke teknologi digital. Bila semua lini di sistem produksi telah didigitalisasi, waktu yang diperlukan untuk menyetel produksi (set-up time) akan mendekati nol. Saat ini mem-buat satu unit produk sudah layak secara ekonomi.

Apakah teknologinya sudah tersedia? Sudah. Digitalisasi dimulai dari rancangan pro-duk dan perangkat lunak untuk desain yaitu computer aided design (CAD). Sudah banyak tersedia dengan harga yang semakin terjangkau. Di ranah produksi sudah ada mesin-mesin CNC (compu-terized numerical control), dan rancangan yang tersim-pan dalam CAD sudah dapat ditranformasikan ke bahasa yang bisa dieksekusi oleh CNC melalui CAM (Computer Adided Manufacturing).

Untuk material nonlo-gam, file desain dalam CAD dapat dibaca langsung oleh mesin cetak 3D. Dan akhir-akhir ini sudah juga tersedia mesin cetak 3D untuk logam. Dengan produk yang totally cutomized, sistem logistik akan berubah. Tidak butuh lagi distributor dan toko pengecer.
MESDIN KORNELIS SIMARMATA
Dosen Politeknik STMI Jakarta
Di samping itu, usaha manufaktur juga dapat memilih mata rantai nilai mana yang akan dikerjakan. Bila merasa sangat kompeten dengan pekerjaan desain, pekerjaan produksi dapat diserahkan ke pihak lain. Demikian juga bila dianggap bahwa perusahaan sangat kompeten di teknik produksi digital, bisa meminta pihak ketiga untuk membuat ran-cangannya.

Apa kondisi yang diper-lukan agar kedua gerakan ini terjadi? Pertama, infra-struktur internet dengan bandwidth yang memadai agar komunikasi dapat ber-langsung sekejap. Dunia maya akan menjadi lahan utama bekerja. Semuanya tersedia. Kedua, jasa antar bervolume kecil (dibawah sepuluh item) perlu tersedia secara luas dengan syarat dapat diandalkan, baik biaya maupun ketepatan waktu penyerahan.
Karena sistem logistik akan lebih banyak melayani jasa antar produk secara individu, perusahaan logis-tik membutuhkan agregator dengan lokasi yang tepat dan aman, terutama untuk melayani ekspor. Alhasil, produk dapat diekspor seca-ra satuan, tak lagi seukuran peti kemas.

A
pa urgensinya? Chris Anderson dalam bukunya Makers: The New Industrial Revolution mengungkap-kan bahwa the real country make stuff. Bangsa yang sejati membuat barang. Dalam uraian ungkapan ini, dia menyatakan bahwa bangsa yang budayanya lebih dominan membu-
at dibandingkan dengan mengkonsumsi akan ber-jaya dalam peradaban. Perkembangan teknologi komunikasi dan komputa-si dalam jaringan internet sangat mudah menciptakan budaya konsumsi lebih dominan dari membuat.

Oleh karena itu memba-ngun budaya membuat, at all cost harus kita laksana-kan. Bila tidak, siap siap jadi pecundang.
Setiap artikel yang dikirim ke redaksi hendaknya diketik dengan spasi ganda maksimal 5.000 karakter, disertai riwayat hidup (curriculum vitae) singkat tentang diri penulis juga dilengkapi foto terbaru. Artikel yang masuk merupakan hak redaksi Bisnis Indonesia dan dapat diterbitkan di media lain yang tergabung dalam Jaringan Informasi Bisnis Indonesia (JIBI). Apabila lebih dari 1 minggu artikel yang diterima belum diterbitkan tanpa pemberitahuan lain dari redaksi, penulis berhak meng i rimkannya ke media lain. Setiap tulisan yang dimuat merupakan pendapat pribadi penulis. Artikel dapat dikirim melalui alamat e-mail redaksi@bisnis.com.
READ MORE LIKE THIS