VISI BNI Petugas keamanan melintas di dekat layar LED yang bertuliskan Peringatan Hari Lahir Pancasila di Menara BNI, Jakarta, Senin (1/6). Sebagai bank BUMN kebanggaan bangsa, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. siap mengamalkan Pancasila dengan visi menjadi lembaga keuangan yang unggul dalam layanan dan kinerja secara berkelanjutan. KENAIKAN TARIF EKSPOR CPO Beban Emiten Sawit Kian BertambahBisnis, JAKARTA — Kenaik-an pajak ekspor crude palm oil (CPO) sebesar US$5 per ton bakal membebani keuangan sejumlah emiten kelapa sawit. Di sisi lain, pajak itu bisa mendukung serap-an pasar sehingga menunjang harga jual.

Merujuk Peraturan Menteri Keu-angan No. 57/PMK.05/2020, tarif ekspor CPO ditetapkan US$55 per ton, naik dari sebelumnya US$50 per ton. Tarif baru ini berlaku mulai 1 Juni 2020.

Penerapan tarif itu dilakukan di tengah penurunan harga komo-ditas minyak nabati tersebut ke level 2.292 ringgit per ton pada akhir bulan lalu. Sementara itu, berdasarkan data Bursa Derivatif Malaysia harga CPO pada penu-tupan perdagangan Senin (1/6), harga turun ke level 2.280 ringgit per ton untuk pengiriman Agustus 2020 yang merupakan kontrak teraktif.

Direktur Utama PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) Santosa me-ngatakan kenaikan pajak ekspor sebesar US$5 per ton yang diterap-kan Kementerian Keuangan dapat meningkatkan beban perseroan. Di sisi lain, kenaikan itu bermanfaat bagi industri kelapa sawit secara keseluruhan.

“Secara substansi memang me-ningkatkan biaya tetapi kita harus melihat dalam konteks yang lebih luas. Pasalnya, melihat perbedaan harga minyak bumi dan CPO yang ada saat ini maka bantuan yang diberikan untuk Program B30 tidak akan mencukupi. Maka pilihannya memang tidak mudah,” kata Santosa kepada Bisnis pada Senin (1/6).

Menurutnya, kenaikan pungutan juga harus diimbangi dengan ke-berlanjutan program biodiesel B30. Bila program strategis itu tidak berlanjut industri kelapa sawit akan menanggung beban yang lebih berat. Pasalnya, program biodiesel memberikan permintaan CPO yang stabil misalnya dengan B30 9 juta ton dan B20 6 juta ton.

Santosa mengatakan dengan ke-bijakan baru itu AALI memasang strategi pemasaran yang pragma-tis, yaitu menjual kepada pembeli dengan harga harian terbaik bisa untuk ekspor atau domestik.
dan likuiditas perseroan harus diu-tamakan saat ini. Selain itu, AALI juga menjaga operasional dengan ketat agar tidak ada paparan virus Covid-19 di area perkebunan.

“Kami sekarang dalam survival mode, harus tetap hidup karena ada ribuan keluarga yang secara langsung hidupnya tergantung dari Astra Agro. Secara tidak langsung bisa ratusan ribu jiwa [terdampak] karena termasuk masyarakat sekitar, petani plasma, maupun supplier dan kontraktor,” katanya.

BERTAHAP
Head Investor Relations PT Sam-poerna Agro Tbk. (SGRO) Michael Kesuma mengatakan kenaikan pajak ekspor akan memengaruhi beban perseroan sekalipun seluruh pro-duksi CPO perseroan dijual untuk pasar domestik.

Meski demikian, Michael menye-butkan kenaikan pajak ekspor CPO akan digunakan untuk mendukung industri kelapa sawit. “Di satu sisi beban meningkat tapi di sisi lain, serapan pasar didukung sehingga menunjang harga jual,” katanya kepada Bisnis.

Di sisi lain, Sekretaris Perusahaan PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk. Swasti Kartikaningtyas berharap kenaikan pajak dapat berlangsung secara bertahap. Pasalnya, kenaikan bersamaan dengan tren penurunan harga jual CPO.

“Apabila tidak memungkinkan untuk penerapan US$0 per ton lagi, paling tidak jangan langsung sebesar US$55. Bisa dilaksana-kannya secara bertahap. Kami berharap pemerintah dapat me-ninjau ulang penerapan aturan tersebut,” katanya.

Dia menambahkan industri kelapa sawit saat ini juga masih terpukul oleh pandemi Covid-19 yang me-mengaruhi penjualan komoditas tersebut. Menurutnya, kenaikan pajak ekspor akan menambah beban perseroan.

Oleh sebab itu, emiten berkode saham SSMS itu tengah mengu-payakan untuk memperluas pasar domestik untuk memasarkan pro-duk-produk CPO dan turunannya. Di sisi lain, perseroan juga tetap akan memaksimalkan pasar ekspor.


READ MORE LIKE THIS